Setiap bulan Muharam, umat Islam di berbagai
daerah memperingati Idul Yatama atau Hari Raya Anak Yatim. Tradisi ini
telah menjadi budaya yang melekat di masyarakat Indonesia, dengan berbagai
kegiatan sosial dan santunan kepada anak-anak yatim. Namun, tahukah Anda dari
mana asal-usul Idul Yatama dan bagaimana pandangan Islam terhadap peringatan
ini?
Muharam: Bulan Suci yang
Dimuliakan
Dalam Islam, Muharam termasuk dalam empat
bulan haram yang dimuliakan Allah SWT, sebagaimana disebut dalam Al-Qur'an:
“Sesungguhnya bilangan bulan
pada sisi Allah adalah dua belas bulan... di antaranya empat bulan haram...”
(QS. At-Taubah: 36)
Rasulullah SAW bahkan menyebut Muharam
sebagai “Syahrullah al-Muharram” atau “bulannya Allah”, menunjukkan
kemuliaan bulan ini. Selain itu, tanggal 10 Muharam dikenal sebagai Hari
Asyura, yang penuh keberkahan dan sejarah.
Siapa Anak Yatim dalam Islam?
Anak yatim dalam Islam adalah anak yang
belum baligh dan kehilangan ayahnya. Dalam banyak ayat dan hadis, anak
yatim mendapat perhatian khusus. Allah SWT berfirman:
“Maka terhadap anak yatim
janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.”
(QS. Ad-Dhuha: 9)
Rasulullah SAW bersabda:
“Aku dan orang yang menanggung
anak yatim akan berada di surga seperti ini,” (sambil
merapatkan jari telunjuk dan jari tengah).
(HR. Bukhari)
Asal Usul Peringatan Idul Yatama
Peringatan Idul Yatama tidak berasal dari
ajaran Rasulullah SAW secara langsung. Istilah ini muncul dari budaya
masyarakat Islam di Timur Tengah pada abad ke-20, seperti Mesir dan Pakistan,
sebagai upaya memusatkan perhatian kepada kesejahteraan anak-anak yatim. Di
Indonesia, tradisi ini berkembang pesat dan dilaksanakan setiap tanggal 10
Muharam dengan kegiatan santunan dan doa bersama.
Walaupun tidak ada dalil khusus yang
menyebut peringatan Idul Yatama sebagai syariat, namun berbagi di bulan
Muharam termasuk amal saleh yang dianjurkan, apalagi jika sasarannya adalah
anak-anak yatim.
Data Terbaru: Jumlah Anak Yatim
di Indonesia
Menurut laporan dari Kementerian Sosial
RI (2023), terdapat lebih dari 4 juta anak yatim di Indonesia. Angka
ini meningkat akibat pandemi dan faktor sosial lainnya. Maka, momentum Muharam
dan Idul Yatama menjadi sangat relevan untuk menggugah kepedulian umat terhadap
nasib mereka.
Jadikan Idul Yatama Momentum
Kebaikan
Peringatan Idul Yatama di bulan Muharam
adalah tradisi yang tidak bertentangan dengan nilai Islam selama tidak diyakini
sebagai ibadah wajib. Esensinya adalah membangun kepedulian sosial,
khususnya kepada anak yatim yang memiliki hak untuk dibahagiakan dan disantuni.
GIS Peduli mengajak seluruh masyarakat untuk menjadikan bulan Muharam sebagai momen berbagi. Jangan lewatkan kesempatan meraih pahala dan keberkahan dengan menyantuni anak yatim. Mungkin, dari tangan Anda, senyum mereka akan tumbuh dan masa depan mereka menjadi lebih cerah.